Rabu, 20 April 2011

Rekor Muri & Penghargaan


TINGKAT NASIONAL:

1. Penghargaan Adipura ke-4 Tahun 2010 ;
2. Penghargaan Adiwiyata Mandiri SMA Negeri 2 Probolinggo, Adiwiyata ke-2 SMK Negeri 1 Probolinggo, Adiwiyata ke-1 SD Negeri Mangunharjo V ;
3. Penghargaan Kalpataru Tingkat Nasional (oleh Guru SMA Negeri 1 Probolinggo) Tahun 2010 ;
4. Penghargaan kepada Walikota Probolinggo sebagai Tokoh Penggerak Koperasi Tahun 2010 dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia ;
5. Penghargaan Kota Penggerak Koperasi Tahun 2010 dari Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia ;
6. Penghargaan dari Menteri Kehutanan Republik Indonesia dalam Lomba Penghijauan dan Konservasi Alam Tahun 2010 Kategori Hutan Kota sebagai Terbaik I Nasional ;
7. Green Awards 2010 Kategori Green City Tingkatkan Gold dari Majalah Bisnis dan CSR.


TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR

1. Penghargaan kepada H.M. BUCHORI, SH, M.Si (Walikota Probolinggo) sebagai Pelestari Fungsi Lingkungan Hidup dalam Rangka Hari Lingkungan Hidup Tahun 2010 dari Gubernur Jawa Timur ;
2. Penghargaan Replika IUD Emas tahun 2010 pada Pencapaian PPM Tertinggi Pekan Pelayanan IUD Muri Tingkat Jawa Timur ;
3. Juara II Lomba Stand pameran Kategori Tingkat Kabupaten/Kota pada Pekan KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) Provinsi jawa Timur Tahun 2010 di Kota Probolinggo.


PENGHARGAAN OTONOMI AWARDS DARI JPIP (The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi)

1. Kategori Utama Daerah dengan Profil Paling Menonjol Bidang Kinerja Politik
2. Kategori Khusus Parameter Utama Daerah dengan Terobosan Inovatif Bidang  Pelayanan Administrasi
3. Kategori Khusus Parameter Utama Daerah dengan Profil Menonjol Bidang Partisipasi Politik.


REKOR MURI BATIK TERPANJANG SE-INDONESIA

Probolinggo mendapatkan anugerah pengrajin batik tulis terpanjang dengan motif batik terbanyak. Peristiwa yang terjadi tanggal 8 Oktober lalu sekaligus mengukuhkan sebagai rekor terbaru dalam seni batik tulis pertama di tingkat nasional dan internasional dengan kain batik sepanjang 100 meter. Rekan Puji Anugerah Leksono dari Televisi Jawa Timur telah melakukan liputan dan melaporkannya untuk Jawa Timur dalam Berita berikut ini.

Suasana halaman Kantor Pemerintah Kota Probolinggo Jumat pagi lalu tampak cerah. Menjelang penganugerahan museum rekor dunia dan Indonesia kepada pengrajin batik Probolinggo yang telah berkarya membuat motif kain batik tulis terpanjang, sepuluh gadis cantik membawakan tari kiprah lengger yang merupakan tarian khas kota Probolinggo. Tari kiprah lengger ini biasanya dipentaskan sebagai hiburan ketika ada tamu besar datang bertamu ke Probolinggo.


Kota Probolinggo berhak berbangga hati, karena berhasil menyabet penghargaan Pembuatan Gaun Pengantin dari Kain Batik Terpanjang se-Dunia Indonesia dengan nomor : 4504/R.MURI/X/2010. Selain itu, kain batik yang meraih rekor ini, memiliki motif terbanyak sedunia, telah menopang dan mengangkat nilai nasionalis dalam memperingati Hari Batik Nasional serta Hari Jadi Kota Probolinggo ke 651 Tahun 2010.Foto : Pemda Probolinggo.


Usai menarikan tarian kiprah lengger, sepasang pengantin muda berdiri di depan memimpin barisan pembawa kain batik panjang. Dengan mengenakan baju pengantin khas Probolinggo dengan kawalan ketat seorang puteri jelita, maka kain batik sepanjang 100 meter dengan motip sebanyak 651 diperlihatkan kepada penonton yang berjubel di halaman kantor Pemda. Batik khas Probolinggo ini dibuat oleh sebelas pengrajin batik asli Probolinggo.


Dalam proses pembuatan mereka membutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk menyelesaikan proses membatik, mulai dari merancang motif, membatik hingga menyambung kain batik lembar demi lembar hingga mencapai panjang 100 meter. Motif batik Probolinggo kali ini dipilih yang ada hubungannya dengan ciri khas kota Probolinggo. Misalnya motif angin gending, ikan yang menjadi simbol bahwa kota Probolinggo dikenal juga sebagai kota penghasil ikan.


Lalu ada motif seribu taman yang mencitrakan Probolinggo sebagai kota kecil di pesisir utara Jawa Timur, semua warganya senang membuat taman yang mencitrakan ijo royo-royo dari keindahan sebuah tanaman hias membuat kota Probolingo menjadi segar hawanya. Selain itu ada pula motif buah mangga dan anggur dan motif lain hingga mencapai 651 jenis. Jumlah 651 ini sesuai dengan hari jadi kota Probolinggo yang diperingati tahun 2010 ini. Kain dari motif berbeda-beda itu kemudian disambung menjadi satu hingga mencapai panjang 100 meter.

Wisata Belanja & Souvenir

 
Berkunjung ke Kota Probolinggo belum lengkap rasanya tanpa membeli oleh-oleh khas kota Probolinggo. Salah satunya adalah “Le Ollena” yang merupakan pusat oleh-oleh khas kota Probolinggo. Aneka produk khas kota Probolinggo dapat ditemui disini seperti Krupuk Tulang Ikan, Krupuk Ikan Jenggelek, dsb. Tentunya dengan harga yang relatif terjangkau dan jaminan kualitas yang handal. Selain itu jika wisatawan menginginkan berbelanja sepuasnya dapat dijumpai di Jl. Dr. Soetomo. Dimana di kawasan ini terdapat pertokoan-pertokoan yang menyediakan beraneka kebutuhan, mulai dari pakaian hingga kebutuhan sehari-hari
 
   
Souvenir Kiramik Kinasih
 
 
Pesona keramik Kota Probolinggo tidak kalah menariknya dengan produk kota lain sehingga mampu bersaing dan bekerjasama melalui eksport keramik ke luar negeri.
 
 
Desain keramik yang apik dan unik mempunyai ciri khas tersendiri dengan mengusung motif nuansa alam yang dibentuk gaya kontemporer membuat produk keramik ini berbeda.
 
 
Bagi anda pecinta keramik dan ingin memiliki ragam yang berbeda dapat ditemui di kedai keramik lingkungan Kanigaran dan Mayangan.

Sejarah & letak Geografis Kota Probolinggo

BANGER dan PROBOLINGGO



Pada zaman pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk), Raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama “Banger”, yaitu nama sebuah sungai yang mengalir di tengah daerah. Banger merupakan pedukuhan kecil di bawah pemerintahan Akuwu di Sukodono. Nama Banger sendiri dikenal dari buku Negarakertagama yang ditulis oleh pujangga kerajaan Majapahit yang terkenal yaitu Mpu Prapanca.
Dalam upaya mendekatkan diri dengan rakyatnya, maka Prabu Hayam Wuruk dengan didampingi Patih Amangku Bumi Gadjah Mada melakukan perjalanan keliling ke daerah-daerah antara lain Lumajang dan Bondowoso. Perjalanan tersebut dimaksudkan agar Sang Prabu dapat melihat sendiri bagaimana kehidupan masyarakat di pedesaan dan sekaligus melihat sejauhmana perintahnya dapat dilaksanakan oleh para pembantunya.
Dalam perjalanan inspeksi tersebut Prabu Hayam Wuruk singgah di desa Banger, desa Baremi, dan desa Borang. Desa tersebut sekarang ini menjadi bagian wilayah administrasi Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo (Kelurahan Sukabumi, Mangunharjo, Wiroborang).
Singgahnya Prabu Hayam Wuruk di desa Baremi, Banger dan Borang, disambut masyarakat sekitar dengan penuh sukacita. Pada hari Kamis Pahing (Respati Jenar) tanggal 4 september 1359 Masehi, Prabu Hayam Wuruk memerintahkan kepada rakyat Banger agar memperluas Banger dengan membuka hutan yang ada di sekitarnya yang selanjutnya akan dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Perintah itulah yang akhirnya menjadi landasan sejarah hari lahirnya Kota Probolinggo.
Banger mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini ternyata menarik perhatian dari Bre Wirabumi (Minakjinggo), Raja Blambangan yang berkuasa. Hingga pada akhirnya Banger dapat dikuasai oleh Bre Wirabumi. Bahkan Banger pernah menjadi kancah perang saudara antara Bre Wirabumi (Blambangan) dengan Prabu Wikramardhana (Majapahit) yang dikenal dengan “Perang Paregreg”.
Pada masa pemerintahan VOC, setelah kompeni dapat meredakan Mataram, dalam perjanjian yang dipaksakan kepada Sunan Pakubuwono II di Mataram, seluruh daerah di sebelah timur Pasuruan, termasuk Banger, diserahkan kepada VOC pada tahun 1743. Untuk memimpin pemerintahan di Banger, pada tahun 1746 VOC mengangkat Kyai Djojolelono sebagai Bupati pertama di Banger, dengan gelar Tumenggung.
Kyai Djojolelono adalah putera Kyai Bolo Djolodrijo (Kiem Boen), seorang patih Pasuruan. Pada akhirnya Tumenggung Djojolelono diganti oleh Tumenggung Djojonegoro. Ketika Tumenggung Djojonegoro memegang pemerintahan, pada tahun 1770 nama Banger diganti menjadi PROBOLINGGO, dimana PROBO dalam bahasa sansekerta berarti sinar sedangkan LINGGO berarti tanda peringatan atau tugu. Hal ini ada hubungannya dengan cerita kuno  yaitu jatuhnya sebuah benda bercahaya (meteor) dan tempat jatuhnya benda tersebut oleh raja-raja dahulu dipilih sebagai tempat untuk mendapatkan perdamaian dan mengakhiri perselisihan.



Letak Geografis.
Probolinggo adalah kota pesisir yang terletak disebelah Timur dari propinsi Jatim. Daerahnya merupakan dataran rendah ditepi selat Madura. Meskipun kotanya merupakan dataran rendah tapi pada latar belakang kota tersebut terletak pegunungan Tengger dan gunung Bromo. Itulah sebabnya Probolinggo mempunyai daerah ’hinterland’ yang subur. Di daerah dataran rendahnya orang menanam tebu dan padi. Oleh sebab itu dalam jarak 6 km saja sebelah Selatan dari Probolinggo sudah terdapat 4 buah pabrik gula (Wonolangan, Wonoasih, Sumber Kareng dan Umbul). Probolinggo juga merupakan titik temu yang penting serta pelabuhan regional untuk produk pertanian daerah pedalaman seperti gula, tembakau dan kopi.
Sudah sejak jaman Daendels (1808-1811) Probolinggo mempunyai hubungan infra struktur yang baik dengan kota-kota  lain di Jawa Timur. Probolinggo dilalui oleh Grotepostweg (jalan raya pos), jalan raya yang menghubungkan kota-kota di pantai Utara Jawa mulai dari Anyer di Jawa Barat sampai Panarukan di Jatim.
Jaringan rel kereta api dari Surabaya ke Pasuruan sepanjang 63 km selesai dibangun oleh Stadspoorwegen (SS), pada th. 1878, kemudian diperpanjang sampai Probolinggo sampai 40 km pada th. 1884. Setelah itu pada th. 1895 rel kereta api disambung lagi dari Probolinggo-Klakah. Pada th. 1896 menyusul cabang-cabang ke Lumajang dan Paciran, selanjutnya diteruskan lewat Jember ke Bondowoso, Situbondo dan diteruskan ke pelabuhan Panarukan dengan jarak 151 km, semua ini selesai pada th. 1897. Dengan demikian hubungan dengan rel kereta api dari Probolinggo ke kota-kota lain terutama dengan kota-kota perkebunan Jatim, antara th.1900 sudah terealisir dengan baik. Sampai saat ini kita sama sekali tidak mempunyai peta-peta kota Probolinggo pada jaman prakolonial. Sehingga sulit mencari jejak bentuknya pada jaman prakolonial. Pembentukan morpologi kota secara mantap kelihatannya sudah dimulai dari th. 1850 an(red: Peta tertua tentang Probolinggo sementara yang didapat kurang lebih berangka tahun 1850 an. Pada waktu itu Probolinggo masih termasuk Karesidenan Besuki).  Pada masa pemerintahan Daendels (1808-1811), Probolinggo dijual kepada Han Tik Ko seorang Kapiten Cina dari Pasuruan. Seorang kaliber Daendels memutuskan untuk menjual Probolinggo kepada swasta, hal ini tentunya sudah di pertimbangkan secara masak (red: Pada waktu itu Daendels memang memerlukan banyak uang untuk membangun infra struktur dan pertahanan P. Jawa). Bila hal ini dihubungkan dengan masalah strategis maka jelaslah bahwa pada masa itu (awal abad ke 19), Probolinggo masih dianggap kurang penting. Hal ini disebabkan karena pada waktu itu ujung Timur propinsi Jatim masih belum berkembang karena infra strukturnya yang masih jelek. Arti strategis Probolinggo ini baru terasa setelah ujung Timur daerah Jatim pada pertengahan dan akhir abad ke 19 berkembang menjadi daerah perkebunan besar.
Probolinggo disebutkan dalam catatan perjalanan Poerwolelono (red: Soerio Tjondro Negoro, ed. Reizen van Raden Mas Poerwolelono I. hal. 147-149) sbb: Kota Probolinggo termasuk bagus, hampir mirip dengan ibukota Pasuruan. Rumah Karesidenan kecil, namun bagus. Rumah itu adalah bekas rumah Asisten Residen waktu Probolinggo berada dibawah Karesidenan Besuki. Rumah Bupati berada disebelah Utara kota, kira-kira pada jarak 1 pal dari rumah Residen. Alun-alun Kabupaten amat luas dan sebelah Utaranya terdapat benteng kecil.  Berdasarkan data-data yang ada, dapat dianalisis perkembangan kota Probolinggo mulai dari jaman pra kolonial (sebelum th. 1743) sampai tahun 1940an menjadi empat tahapan.

My School Profile


SMPN 5 Probolinngo merupakan sekolah negeri kebanggaan KOTA Probolinggo. Lokasinya sangat strategis 5 km dari pusat kota. Sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), SMPN 5 Probolinggo menuntut kemampuan daya asing yang kuat dalam hal teknologi, manajemen dan sumber daya manusia, sehingga menjadi nilai tambah guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi serta mampu menjaga kelangsungan, perkembangan dan kemajuan bersama dalam mencetak insan pendidikan yang berkualitas. SMPN 5 yang saat ini di pimpin oleh Drs.Khoirul Yaqin M.Pd, dengan jumlah guru sebanyak 41 guru di SMPN 5 dan  16 kelas .

Data ruang di SMPN 5 berupa Perpustakaan, Lab.Bahasa, Lab IPA, Lab Computer-PTD, Ruang Kesenian, UKS. Buku-buku yang ada di dalam ruang perpustakaan berjumlah 5.583 buku (buku siswa mata pelajaran) ,11.281 buku(buku bacaan, novel, buku ilmu pengetahuan dan teknologi),427 buku(buku refensi seperti kamus dan ensiklopedia),3 buku(jurnal),35 buku(majalah) dan 360(surat kabar) dan data prestasi-prestasi yang telah di raih oleh siswa-siswi SMPN 5 Probolinggo.
Di SMPN 5 juga terdapat :
- Lapangan sepak bola
- Lapangan basket
- Lapangan bulu tangkis
- Lapangan volly
- Gedung Serabaguna (aula)
- Musholla
- Kantin
-Tempat parkir sepeda siswa 

Ekstrakulikuler di SMPN 5 yaitu :
- PMR
- Futsal
- Basket
- Pencak Silat
- Karate
- Volly
- Renang
- Jurnalistik & Fotografi
- Theater
- Pramuka
- MTQ 
dan OSIS termasuk Intra.

Inilah sekilas info tentang sekolah SMPN 5 Probolinggo
Terimakasih telah membuka blog kami , semoga apa yang anda peroleh bisa bermanfaat